Ilmu adalah investasi berharga untuk masa depan, :)

Sunday 22 December 2013

Nanggroe Aceh Darussalam ( NAD ) dengan berbagai macam keunikannya :)

Nanggroe Aceh Darussalam
            
     Dalam sumber buku kronik kerajaan Liang dan kerajaan Sui di Tiongkok pernah disebutkan sekitar tahun 506 sampai 581 Masehi terdapat kerajaan Poli yang wilayah kekuasaannya meliputi Aceh Besar sedangkan dalam Nāgarakṛtāgama di sebut sebagai Kerajaan Lamuri  yang dalam sumber sejarah Arab disebut dengan Lamkrek, Lam Urik, Rami, Ramni sedangkan dan dalam sumber sejarah Tiongkok lainnya disebut pula dengan nama Lan Li, Lan-wuli atau Lan Wo Li dengan pelabuhan laut bernama Ilamuridesam sebagaimana juga pernah disingahi dan ditulis oleh Marco Polo (1292) asal Venesia dalam buku perjalanan pulang dari Tiongkok menuju ke Persia (Iran) saat itu masih berada dibawah pengaruh kedaulatan kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa (dinasti) Syailendra dengan raja pertamanya Balaputera Dewa, yang berpusat di Palembang, Sumatera Selatan yang kuat dan daerah kekuasaannya meluas, meliputi Tulang Bawang, Pulau Bangka, Jambi, Genting Kra dan pulau Jawa yang kemudian membangun Borobudur,
Rute perdagangan di Asia Timur-Selatan pada abad kedua belas.
   Ketika kerajaan Sriwijaya sedang mencapai puncak kejayaannya dan kemakmurannya yang memainkan peran penentu dengan menetapkan pola perdagangan terdiri atas tiga lapisan yakni pelabuhan dan pergudangan utama pada Palembang sedangkan pelabuhan dan pergudangan sub-regional seperti Ilamuridesam (Lamuri), Takuapa (Kedah), Jambi dan Lampung selanjutnya diikuti Sungsang serta beberapa pelabuhah kecil lainnya menggunakan alur sungai Musi dimana dalam hegemoni alur perdagangan ini kerajaan mendapatkan upeti berkemakmuran ternyata mengundang kedatangnya ekspedisi armada dari raja Rajendra Chola dari Chola India selatan pada tahun 1025 dengan melakukan serangan kepada seluruh pelabuhan-pelabuhan di Sriwijaya termasuk Ilamuridesam (Lamuri) dan Takuapa (Kedah) yang dihancurkan menjadi sunyi seperti yang diriwayatkan dalam prasasti Tanjore 1030 di India yang mengatakan bahwa dalam mengirimkan sejumlah kapal yang sangat besar ke tengah-tengah laut lepas yang bergelombang sekaligus menghancurkan armada gajahnya yang besar dari kerajaan melayu Sriwijaya dan merampas harta benda yang sangat banyak berikut pintu gerbang ratna mutu manikam terhias sangat permai, pintu gerbang batu-batu besar permata dan akhirnya Raja Sriwijaya yang bernama Sanggrama Wijayatunggawarman dapat ditawan kemudian dilepas setelah mengaku takluk, tak lama kemudian armada Chola kembali kenegerinya sedangkan sejumlah lainnya menetap dan menjadi bagian dari penduduk, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penyerangan tersebut lebih ditujukan untuk mengamankan atau pengambil alihan jalur perdagangan pada selat Malaka yang pada waktu itu sudah merupakan jalur perdagangan internasional yang penting daripada melakukan sebuah pendudukan dikala kekuatan militer dan diplomasi Sriwijaya sedang melemah karena lebih tertuju pada perkembangan perdagangan. sejak kekalahan ini kewibawaan kerajaan Sriwijaya mulai menurun dengan dratis yang memberikan peluang bagi kerajaan-kerajaan yang dahulu berada dibawah kedaulatan Sriwijaya mulai memperbesar dan memperoleh kembali kedaulatan penuh. Walaupun demikian keberadaan Sriwijaya baru berakhir pada tahun 1377.



Sejarah Islam Aceh
Aceh terletak di ujung pulau sumatera Indonesia, tahun 2010 penduduk Aceh berkisar 3.8 juta jiwa. masyarakatnya kebanyakan muslim bahkan hampir 100%. orang Aceh dikenal sanagt Agamis, fanatiknya terhadap agama sangat luar biasa. hingga terkadang lahir seloroh "biar tak sembahnyang yang pentin agamanya Islam, KTPnya Islam. sejarah masuknya agama Islam ke Aceh diperkiran semenjak abad ke 3 Hijriah atau sekitar abab 10 masehi. dimana sebagian para peniaga dari negara Arab, India datang ke Aceh untuk berniaga. mungkin karena budinya baik, pekertinya luhur sehingga orang Aceh mengambilnya sebagai sebuah kemajuan perdaban. mungki juga Indonesia Begitu. hanya saja sedikit bercampur dengan agama hindu. jika dilihat dari kesukuan Aceh termasuk suku melayu raya.sama seperti kebanyakan penduduk Indonesia pada umumnya.akan tetapi Aceh memiliki bahasanya sendiri yang sebahgian besarnya di ambil dari bahasa Melayu. ini bisa terlihat dalam berbagai penuturan orang Aceh.

Karya Sastra Aceh

Tidak kalah dengan provinsi lain di Indonesia yang mempunyai karya sastra yang beragam, di Aceh Sendiri Karya Sastranya begitu banyak, hampir di setiap Kabupaten di Aceh mempunyai karyanya masing – masing.dan bisa dipelajari disini Buku Pembelajaran Bahasa Aceh
Sastra Klasik Inddatu Orang Aceh
Peta Aceh
Sastra Aceh telah berkembang seiring zaman perkembangan peradaban dan sejarah dari abad ke abad, dan baru dikenal (disalin) pada abad ke 14, namun sastra lisan telah berkembang sejak Aceh dikenal pada abad ke 9. Jika ditilik perbedaan sejarah sangat jauh jangka panjang antara lisan dan tulisan.
 Namun,, belum tentu hal tersebut benar, mengingat tidak ada satu sejarapun mencatat perjalanan sastra tersebut secara detail dan rapi, kita hanya dihadapkan pada naskah Manuskrip Sejarah raja-raja Pasai yang menggambarkan keberadaan Kesultanan Pasai.
Bisa disebutkan bahwa Aceh merupakan daerah pusat kebudayaan Islam sebab dari negeri ujung Sumatera pada awal menyebarkan Islam di seluruh Nusantara, termasu didalamnya Malaysia dan Pathani, paling tidak masih ditemukan di dua negara tersebut karya-karya para ulama-ualam Aceh. Maka tak pelak, jika bumi Seuramoe Mekkah ini banyak mewariskan beragam corak sastra Islami. Dari bumi serambi Mekkah juga asal muasal pembaharuan sastra Melayu Indonesia. Yang berpengaruh dan membawa perubahan terhadap sastra Melayu Indonesia. Daerah Aceh memiliki aset kekayaan genre (cabang ) sastra klasik (classic literature).
Ciri-ciri umum karya sastra klasik adalah sama dengan ciri sastra lama yaitu: a) bersifat anonim (tidak memiliki nama pengarang), b) bercorak ragam lisan diceritakan dan dibicarakan dari mulut ke mulut, c) bersifat turun temurun antar generasi ke generasi, d) jika berupa puisi unsur ritma dan sajak lebih dominan.
Dalam ikon puisi lama menurut Razali Cut Lani dalam karyanya berjudul Kesusastraan Aceh, dikenal beberapa jenis sastra classic yaitu: narit maja (peribahasa), neurajah (mantra), hiem (teka-teki), dan panton (pantun). Semua genre sastra tersebut merupakan jenis sastra tertua dan purba dalam sejarah perkembangan sastra Aceh. Untuk lebih jelas ihwal sastra kuno genre puisi ini akan saya bahas secara runtut berikut ini:
1.Narit Maja (Peribahasa)
Dalam tradisi masyarakat Aceh narit maja berfungsi sebagai pengendalian pranata sosial (control sosial) dan sebagai sarana penyampaian pesan moral.
Dalam narit maja juga mengandung nilai-nilai pendidikan Islam. Seperti terdapat dalam narit maja berikut: hana patot aneuk murid lawan gure/ nyo kon seude teunte gila. Terjemahan bebasnya adalah tidak patut seorang murid melawan gurunya, kalau tidak senu tentu gila. Demikianlah peribahasa Aceh sarat dengan nilai-nilai keagamaan. Agar lebih jelas mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam narit maja, baca:
Kita ambil salah satunya sebagai contoh perdagangan dalam narit maja. Misalnya terdapat dalam narit maja berikut:
Tulak tong tinggai tem. Arti bebasnya: dorong tong, tinggal kaleng. Dalam peribahasa ini mengandung pengertian bahwa dalam usaha dagang–jual beli–setelah diperkirakan laba rugi dalam hal ini tidak ada yang diuntungkan, tetapi hanya mencukupi modal saja.
Bidang kriminalitas yang membawa dampak bagi hajat hidup orang banyak. Masyarakat Aceh sering menyebut narit maja:
gop pajoh boh panah/ tanyo yang meugeutah. Terjemahan bebasnya: orang yang makan nangka, kita yang bergetah. Orang lain yang berbuat salah kita yang mendapat efek dari kriminalitas tersebut. Dalam tulisan ringkas ini saya tidak merincikan satu persatu narit maja tersebut, karena itu tugas pribadi anda dirumah.


2. Neurajah (Mantra)
Neurajah merupan jenis sastra tertua setelah narit maja. Jika ada orang yang bertanya siapakah pemilik puisi jenis mantra ini?. Maka jawabannya adalah pawanglah yang menjadi penyair genre mantra, karena pada mulanya pawang mengucapkan mantra-mantra untuk menjinakkan harimau, gajah, tawon, dan lain-lain.
3. Hiem (Teka – Teki)
Masyarakat Aceh dalam keseharian sering kumpul bersam sanak keluarga dan kerabat untuk berteka – teki sejenak. Teka – teki dalam masyarakat Aceh selain sebagai hiburan juga menjadi arena asah otak, karena dalam teka – teki juga mengandung unsur pendidikan. Walaupun unsur humor lebih dominan.
4.Panton (Pantun)
Bagian terakhir dari puisi classic Aceh adalah pantun. Puisi empat baris yang terdiri atas sampiran dan isi. Baris pertama dan kedua disebut sampiran. Baris ke empat dan lima namanya isi. Panton Aceh dan pantun Indonesia memiliki ciri-ciri sa
saling membalas pantun aceh
ma. Bersajak ab, ab. Sama halnya dengan narit maja, neurajah, dan hiem yang
sebenarnya juga terdapat dalam konteks ke-indonesia-an sastra. Cuma dalam tulisan ini saya hanya membicarakan dalam corak sastra ke-Aceh-an.
Contoh pantun:
limong limong kapai jitamong
dua go limong kapai jibungka/
nyo hantrok lon cot ngon reunong
nyan bungong lon pupo geulawa

.Arti bebas pantun tersebut adalah lima lima kapal masuk, dua kali lima kapal berangkat, kalau tak bisa saya ambil pakai galah, ini bunga akan saya lempar
supaya jatuh kepelukan saya. Pantun perjuangan untuk meraih dan menaklukkan hati wanita idaman. Classic bukan ?. Dari segi umur pemakai terdapat bermacam jenis pantun seperti pantun anak-anak, pantun remaja, dan pantun dewasa. Berdasarkan manfaat dan kondisi pemakaian dikenal pantun nasehat, pantun jena
ka, dan pantun kaulamuda.
Dalam genre ini saya menambahkan satu lagi dari puisi lama yaitu cae’ atau syair.

5. Cae’ atau syair ada
lah jenis puisi liris.
Sementara
itu dalam ikon genre prosa lama di Aceh dikenal dengan prosa li
ris (hikayat), legenda, fabel, haba jameun (cerita rakyat/kabar zaman).
1. Hikayat adala
h jenis prosa lama walaupun ada juga pakar sastra yang menyatakan bahwa hikayat itu jenis puisi
liris,
karena
tipografinya seperti syair dan bersajak.
Jika dilihat dari unsur intrinsiknya hikayat lebih cocok disebut prosa. Mengingat dalam hikayat lebih dominan ditunjang oleh setting (latar), tokoh, watak (karakter), konfliks dll. Umumnya hikayat bersifat istanasentris, dan cerita raja-raja. Namun ciri utama hikayat adalah anonim (tidak memiliki nama pengarang) seperti umumnya sastra lama lainnya. Ada juga beberapa hikayat yang memiliki nama pengarang seperti hikayat
Prang Sabi karya Teungku Syiek Pantee Kulu. Namun dalam tulisan ini saya tidak merujuk kepada ciri umum hikayat. Di Aceh sarat akan hikayat warisan indatu misalnya : hikayat Raja-Raja Pasai, dan hikayat Malem Diwa.
Membacakan cae ( syair Aceh )
2. Legenda adalah je
nis cerita turun temurun bercerita tentang asal usul suatu geografis (asal nama daerah, asal mula sebuah pulau dan sebagainya).
Contoh: legenda Ah
mad Rhangmanyang yang menjadi pulau batu di Aceh Besar atau legenda si anak durhaka Malin Kundang di Padang, Sumatera Barat, legenda Nyai Roro Kidul, Gunung Tankupan Perahu, Jaka Tingkir (di Jawa), legenda Paya Terbang, legenda Raja Bakoi (di Aceh Utara), puteri Pukes, Loyang Koro, Pengantin Atu Belah (di dataran Tinggi Gayo, Takengon), dan legenda Tapak Tuan (di Aceh Selatan).
3. Fabel adalah cerita yang ditokohkan oleh binatang.
Jikapun melibatkan tokoh manusia, namun tokoh binatang dalam cerita fabel lebih dominan. Dalam fabel binatang menjadi aktor utama walaupun tanpa disut
radarai oleh manusia cerita tepap
Haba Pelandoek
berjalan sukses. Karena memang demikianlah sebuah fabel dikisahkan. Contoh fabel yang terkenal adalah Sang Kancil dan Harimau, Lutung Kasarung, dan Kera Sakti.
4. Haba Jameun (cerita rakyat) adalah kabar zaman yang diriwatkan dari mulut kemulut. Secara turun temurun.
Jika ada cerita rakyat yang terkumpul dalam sebuah buku itu bukanlah milik penghimpun. Melainkan milik semua masyarakat dimana cerita rakyat tersebut berkembang. Sebagai penghargaan kepada penghimpun cerita ini disebut sebagai penyusun atau editor buku tersebut. Seperti kumpulan Kabar Zaman Dari Aceh karya LK. Ara. Cerita rakyat yang terkumpul dalam buku tersebut adalah milik masyarakat Aceh. Tetapi LK.Ara sangat berjasa dengan menerjemahkan cerita rakyat Aceh ke dalam Bahasa Indonesia.
Haba jameun biasanya selalu diawali dengan pembukaan seperti berikut ini: bak jameun dile, na sibak bak jambe di leun. Trep nibak trep broek rumoh tinggai sudep… na saboh kisah, yang artinya: pada zaman dahulu ada sebatang pohon jambu di depan rumah. Lama kelamaan rusak rumah tinggal panggang… ada sebuah kisah. Contoh haba jameun : Abu Nawas dan Aneuk Yatim.

Kebudayaan khas aceh

Kasab atau kerajaninan benang emas dikenal secara luas sebagai sulaman khas tradisional dari Aceh yang dibuat diatas kain beludru. Ukiran Kasab terdiri dari banyak motif yang pada umumnya berbentuk flora yang disulam dengan rapi bahkan dihiasi dengan manik-manik berwarna emas. Bagi masyarakat tradisional aceh penggunaan kasab sama halnya dengan penggunaan rencong, jenis kasab bisa mewakili derajat atau menjadi parameter status sosial, misalnya bagi raja dan rakyat umum bentuk dan coraknya akan sedikit berbeda dari segi warna dan unsurnya. tapi sekarang perbedaan itu sudah tidak terlalu dipermasalahkan dan bahkan disetarakan. Dilihat dari pemakaiannya, kasab merupakan bagian dari perangkat adat masyarakat aceh yang berfungsi sebagai dekorasi. Meskipun sebagai dekorasi, kasab sebenarnya mengandung nilai/makna sendiri sehingga tidak sekedar mengandung nilai estetika semata. Misalnya pada ayakan yang biasa dipasang pada dinding utama akan dihiasi dengan kipas berjumlah 17 buah, angka 17 tersebut merupakan jumlah sujud dalam shalat selama sehari semalam sebagai perwujudan dari falsafah hidup masyarakat aceh yang tidak terlepas dari ajaran syariat, “adat dikandong hayat, syariat dikandong badan”. Begitulah aceh, setiap aktivitas kebudayaan masyarakat selalu menjunjung tinggi nilai religiusitas
Begitu juga halnya dengan ukiran-ukiran pada kasab yang penuh dengan corak dan motif flora. Pemilihan motif flora ini sendiri mengandung makna keagamaan yang kuat yakni terkandung nilai-nilai ajaran syariat Islam sehingga adanya sebuah pemahaman bahwa adanya pelarangan untuk menggambarkan bentuk makhluk hidup seperti hewan atau manusia. Di sisi lain Leigh (1987) dalam bukunya Hands Of Time: The Crafts Of Aceh menjelaskan kekayaan motif flora yang terdapat pada hasil-hasil karya seni di Aceh mempunyai makna dalam kerangka konseptual Islam yang mengaitkan taman dan alam tumbuh-tumbuhan dengan taman firdaus.

Warna yang terkandung pada kasab terdiri dari 4 warna khusus, seperti pada tiree atau tirai misalnya membentang beludu polos secara vertikal antara warna kuning, merah, hujau dan hitam. Ke empat warna tersebut mewakili status sosial masyarakat tradisional aceh mulai dari kuning melambangkan raja, merah sebagai hulubalang atau panglima, hijau sebagai ulama sementara hitam sebagai rakyat jelata, setidaknya begitulah kata zuriati salahsatu pelaku pengrajin kasab di kabupaten aceh selatan.

Berdasarkan fungsinya kasab terdiri dari beberapa bagian, yaitu pelaminan, pinto geurubang, bhi, Ayu-ayu, Seuradi, Dalansi, Tilam Duek, Mereuecu, tiang pelaminan, tirai, aneuk tirai, langet-langet, Mata langet, Mata Kasur, dan kipas. Setiap bagian kasab mengandung corak yang berbeda-beda. Proses pembuatan satu bagian kasab biasanya menghabiskan waktu berbulan-bulan karena perlu ketelitian dan konsentrasi serta kesabaran untuk menghasilkan sulaman kasab yang sempurna.
Dewasa ini kasab tidak hanya menggunakan benang berwarna emas tetapi ada yang menggunakan warna perak. Penggunaan benang berwarna perak biasanya mempengaruhi harga sulaman dan tentunya warna perak lebih murah. Penggunaan kasab saat ini umumnya digunakan pada acara-acara yang bersifat khusus seperti pernikahan, sunatan rasul, aqiqah dan seremonial lainnya yang mengandung nilai adat. Namun sulaman kasab sendiri sekarang ini tidak terbatas kepada perangkat dekorasi pesta namun sulaman benang emas khas aceh ini sudah merambah pada souvenir dan hiasan lainnya yang dijual sebagai cenderamata khas aceh.


Akhir kata acehdesain berharap bila ada kesalahan atau ada tambahan informasi mengenai kasab sebaiknya dikomentari agar kedepan peradaban kebudayaan aceh tetap terjaga berhubung sumber yang kami dapatkan terbatas. Harapannya dengan adanya tulisan ini dapat menggali kembali wawasan kita akan identitas aceh yang kini mulai melemah akibat gencarnya pengaruh budaya luar. Saleum acehdesain

Tarian khas aceh

Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai tarian unik ini. Sejarah
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.

Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.

Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.

Makna dan Fungsi
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah dan dakwah.
Berikut contoh sepenggal syair dalam tari S aman:

Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge.

Artinya:

Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.

Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.

Nyanyian
Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian :

1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.


Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.

Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.

Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman.

Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:
· Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.

· Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.

· Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.

Tari saman memang sangat menarik. Pertunjukkan tari Saman tidak hanya populer di negeri kita sendiri, namun juga populer di mancanegara seperti di Australia dan Eropa. Baru-baru ini tari saman di pertunjukkan di Australia untuk memperingati bencana besar tsunami pada 26 Desember 2006 silam. Maka dari itu, kita harus bangga dengan kesenian yang kita miliki, dan melestarikannya agar tidak punah.




Category : Aceh, Seni Budaya Aceh, Tari saman, Tarian Aceh
by : Adlisyah yusri
Share:

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Categories

Menu :
http://adlisyahyusri.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Translate

@Adlisyah Yusri

Adlisyah Yusri's Blog

About me :D

My photo
SIGLI, NAD(Nanggroe Aceh Darussalam), Indonesia
{adli_the.rock@yahoo.co.id} cp : 0852-6163-6593 *just have fun with my blog ok?? :D

*Blog followers :D

Recent Articles